Harga Beras Premium Naik, Warga Beralih ke Beras SPHP

BERITA ONLINE LOKAL, SANGIHE – Harga beras premium di pasar belakangan mengalami kenaikan harga. Dimana sesuai dengan data dari Dinas Ketahanan Pangan Daerah Kepulauan Sangihe, untuk harga beras premium saat ini berada di Rp 15.000 perkilonya, harga tersebut mengalami kenaikan sebesar Rp 300, jika dibandingkan dengan harga beras premium pada pekan lalu yang masih berada pada Rp 14.700.

Dengan adanya kenaikan harga beras sebagai makanan pokok ini, membuat masyarakat beralih ke beras Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) dari Bulog. Dimana selain harganya yang masih terjangkau, kualitas beras SPHP juga tidak kalah dengan beras premium di pasar.

Hal ini juga diakui Kepala Kantor Cabang Bulog Tahuna, Ritno SH. Menurutnya, dengan terjadinya lonjakan harga beras premium, membuat beras SPHP menjadi pilihan utama saat ini bagi masyarakat sebagai konsumen.

“Tentu saja dengan keadaan saat ini rupanya beras SPHP ini menjadi “tulang punggung” dengan kondisi lonjakan harga beras yang terjadi, jadi beras SPHP bisa dibeli di kantor Bulog Tahuna itu setinggi-tingginya itu Rp 10.200 perkilonya,” jelas dia, ketika dikonfirmasi di ruang kerjanya, Selasa (10/10/2023).

Dikatakan Ritno, ketersediaan beras SPHP ini juga bisa didapatkan di retailer atau pengecer, dengan Harga Eceran Tertinggi (HET) Rp 10.900 perkilo.

“Tapi untuk retailer atau pengecer itu harganya Rp 10.900. Tentu saja ini berbeda dengan dinamika harga beras yang ada di pasar. Kalau saya pakai patokan harga yang dicatat BPS hari ini pasar yang ada di Kota Manado dan Kotamobagu bahwa harga beras medium itu ada di kisaran Rp 12.000 sampai dengan Rp 14.000 perkilo,” ungkap dia.

Dikatakannya lagi, dengan adanya perbedaan harga beras premium yang ada di pasar dengan harga beras yang ada di Bulog, akan mempengaruhi selera pasar, sehingga dengan perbandingan harga serta kualitas yang hampir sama, masyarakat pastinya akan memilih beras Bulog.

“Tentu saja dengan harga ini diatas HET sehingga perbedaan harga yang ada di pasar dengan harga yang ada di Bulog tentu saja selera pasar itu akan berpengaruh, mulai dari kualitas beras dan tentu saja harga, jika misalnya dengan harga beras yang ada di Bulog itu Rp 10.900 dengan kualitas yang hampir setara premium tentu saja akhirnya masyarakat akan berlomba untuk mengakses beras Bulog,” tutur dia.

Lanjut Ritno menjelaskan, bahwa dengan kondisi lonjakan harga yang terjadi saat ini, akan mudah dimanfaatkan para pedagang dengan mencari keuntungan yang besar.

“Yang perlu dipahami bahwa dengan kondisi yang ada ini, dapat disusupi oleh spekulan-spekulan yang memanfaatkan disparitas harga yang ada di Bulog dengan harga beras yang ada di pasar,” ungkap dia.

Lanjut Ritno lagi, hal yang perlu dipahami masyarakat sebagai konsumen, untuk beras SPHP yang ada di Bulog itu ketika disalurkan ke masyarakat, pihak Bulog menggunakan kemasan 5 Kg, tidak menggunakan kemasan curah 50 Kg.

“Jadi saat menyalurkan atau memberikan pelayanan beras SPHP ke masyarakat, kami menggunakan kemasan yang 5 Kg, tidak menggunakan kemasan curah yang 50 Kg. Sehingga dengan kemasan 5 Kg ini, semua kegiatan kita bisa terukur serta termonitor dengan baik. Berbeda dengan kemasan curah 50 kg, tentu saja ini akan memberi bagi para spekulan, ketika beras yang 50 Kg itu dikemas lagi oleh para spekulan, sehingga beras Bulog yang tadi kualitasnya dengan broken 5% setara beras premium ini bisa disalahgunakan, bisa saja beras medium di Bulog diganti karung menjadi beras premium,” pungkas dia.