BERITA ONLINE LOKAL, SANGIHE – Aktivitas kegempaan Gunungapi Awu di Kabupaten Kepulauan Sangihe mengalami peningkatan. Dimana sesuai press release oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Badan Geologi, Kementerian Energi Sumber Daya Mineral, mencatat adanya kenaikan kegempaan yang diduga akibat pergerakan magma menuju kedalaman yang lebih dangkal.
Hal ini ditandai dengan peningkatan jumlah Gempa Vulkanik Dangkal (VB). Pada periode tanggal 29 Januari 2024 sampai 8 Februari 2024 (11) hari terekam Gempa VB sebanyak 157 kejadian dan terekam Gempa Vulkanik Dalam (VA) sebanyak 42 kejadian. Energi gempa mengalami peningkatan yang terdeteksi dari grafik RSAM yang meningkat. Terekam 3 kali Gempa Tremor Frekuensi Rendah dengan frekuensi dominan sekitar 1.5 Hz dan lama gempa 40 105 detik, yang menunjukkan adanya peningkatan gempa-gempa permukaan.
“Dari hasil pengamatan visual dan kegempaan hingga akhir periode pengamatan, terdeteksi gejala kenaikan aktivitas vulkanik yang berkaitan dengan proses migrasi magma dangkal. Selain itu, perlu diwaspadai kejadian-kejadian gempa dengan energi besar dan menerus yang berpotensi untuk mendobrak kubah lava dan mengakibatkan erupsi eksplosif,” jelas Ketua Pos Pengamatan Gunungapi Awu, Didi Wahyudi, Jumat (9/2/2024).
Sedangkan dari hasil pengamatan deformasi dengan menggunakan pemantauan GNSS pada Gunung Awu pada periode 1 Juni 2023 sampai 31 Januari 2024 terdeteksi inflasi (penggembungan) yang mengindikasikan adanya asupan magma yang bergerak menuju permukaan.
“Potensi bahaya G. Awu yang mungkin terjadi berupa erupsi magmatik eksplosif menghasilkan lontaran material pijar dan/atau aliran piroklastik, magmatik efusif menghasilkan aliran lava, maupun erupsi freatik yang didominasi uap, gas gunungapi maupun material erupsi sebelumnya,” ungkap Wahyudi.
Lanjut dia, bahwa potensi pembongkaran kubah lava dapat terjadi jika tekanan di dalam sistem magmatik mengalami peningkatan signifikan.
“Adapun potensi bahaya lain berupa emisi gas gunungapi seperti CO, CO2, H2S, N2 dan CH4. Gas-gas tersebut dapat membahayakan jiwa jika konsentrasi yang terhirup melebihi nilai ambang batas aman,” urai dia.
Lanjut dia lagi, meskipun Gunungapi Awu masih dalam tingkat aktivitas level waspada, namun masyarakat dan pengunjung atau wisatawan agar tidak mendekati dan beraktivitas di dalam radius 3 km dari kawah puncak Gunungapi Awu terkait potensi bahaya gas vulkanik konsentrasi tinggi serta lontaran batuan jika terjadi erupsi freatik yang tiba tiba, tanpa didahului oleh gejala kenaikan aktivitas yang jelas.
“Radius dan jarak rekomendasi ini ini akan dievaluasi terus untuk antisipasi jika terjadi gejala perubahan ancaman bahaya. Tingkat aktivitas Gunungapi Awu akan ditinjau kembali jika terdapat perubahan visual dan kegempaan yang signifikan. Masyarakat juga diminta mewaspadai bahaya aliran lahar di sungai-sungai yang berhulu dari puncak gunung pada musim penghujan,” tutup dia.