Peliput: RONNIE ASSA
MINUT, BERITA ONLINE LOKAL -Tulude berasal dari bahasa Sangihe dari kata “Manulude” yang artinya “menolak”. Saat itu sebuah perahu kecil terbuat dari kayu (tatolang) ditolak/dilepaskan ke tengah laut yang disertai dengan kata-kata atau ucapan bahwa segala sesuatu yang buruk telah dilepaskan ke tengah laut dan telah meninggalkan kehidupan manusia, dengan kata lain yaitu sebagai penolak bala. Masyarakat etnis Sangihe dan Talaud dan Sitaro bukan hanya merayakan upacara ini di daerah mereka, akan tetapi sampai di daerah-daerah perantauan, termasuk Masyarakat Desa Kampong Ambong yang mengadakan pesta adat Tulude budaya peninggalan leluhur mereka. Maksud dan tujuan pelaksanaan upacara ini yaitu sebagai media bersyukur pada Tuhan YME atas anugerah kehidupan di tahun yang lalu dan menerima kehidupan di tahun yang baru serta selalu diridhoi Tuhan, Kamis (13/02/2025)
Hal ini terlihat saat prosesi pemotongan kue adat tamo yang didahului dengan Manahulending yakni doa yang mengandung; Uwuse, yaitu pemulih, penawar kesalahan dan kekeliruan. Hiwusala, permohonan kepada Gengghona untuk pemulihan doa yang dibuat sepanjang tahun. Sashige Lawe, usaha menghindarkan diri dari hal-hal yang tidak diinginkan. Pananggung/Pangumbahase, yaitu doa permohonan ketangguhan menghadapi segala cobaan yang datang mengganggu perjalanan hidup di tahun yang baru. Dan, Somahe, yaitu permohonan kekuatan untuk dipakai dalam berusaha, sekaligus mohon penyertaan Tuhan untuk memberkati usaha yang dikerjakan, sehingga mendatangkan berkat.
Bupati Joune J.E. Ganda SE MM MAP M.Si yang diwakili oleh Inspektur Stephen Tuwaedan mengatakan, Tulude adalah upacara yang ditujukan untuk menyembah Tuhan dan bersyukur. Tulude kaya akan nilai serta manfaat religius, persaudaraan, pelestarian budaya dan pembangunan iman spiritual sehingga harus terus dijaga eksistensinya, agar dapat terus memberi manfaat bagi seluruh masyarakat yang ada di desa Kampong Ambong.
“Upacara adat Tulude, jangan kita jadikan ajang seremoni saja. Namun didalamnya banyak makna yang akan diperoleh dalam kehidupan sehari hari. Dimana dalam Tulude, kita ajak untuk senantiasa menjaga hubungan antara sesama manusia dan mengingatkan diri kita kepada sang pencipta, dan inilah ajakan Tulude yang harus kita implementasikan dalam hidup bermasyarakat,” ujarnya
Melalui perayaan Upacara Adat Tulude ini, kita perkuat persatuan dan kesatuan, melestarikan lingkungan hidup, bersama-sama berpartisipasi dalam pembangunan di Desa Kampong Ambong yang kita cintai ini dan mengajak kita semua untuk terus mendukung program, visi dan misi Pemerintah Kabupaten Minahasa Utara dibawah kepemimpinan Bupati Joune Ganda, S.E., MAP., MM., M.Si. dan Wakil Bupati Kevin William Lotulung, S.H., M.H., untuk mewujudkan Kabupaten Minahasa Utara Hebat dan tak lupa mengucapkan terima kasih kepada semua pihak, kepada kita semua yang bersatu, bersama-sama menyukseskan terselenggaranya Pesta Rakyat Upacara Adat Tulude ini”, ungkap Stephen Tuwaedan
Hukum Tua Desa Likupang Kampong Ambong, Jennie Pakaja mengatakan, “Pesta Adat Tulude adalah budaya warisan leluhur yang perlu terus di lestarikan. Pesta Adat Tulude ini digelar pada awal tahun, dimana masyarakat boleh mengucap syukur kepada Tuhan, bersyukur sepanjang tahun sudah diberikan kesehatan, kekuatan, dijauhkan dari segala bencana dan diberikan berkat melimpah.
“Mengucapkan terima kasih kepada masyarakat Desa Kampong Ambong atas kepercayaan dan kerjasama semua pihak sehingga penyelenggaraan Pesta Rakyat Upacara Adat Tulude dapat terlaksana dengan baik,”kata opo Jennie Pakaya
Kesempatan yang sama, Camat Delby Lely Wahiu berterima kasih kepada Pemdes Kampong Ambong yang dipimpin oleh Hukum Tua Jeine Pakaya yang telah melaksanakan Pesta Adat Tulude.
“Ini adalah kepedulian pemdes dan masyarakat dalam melestarikan kekayaan budaya etnis Sangihe Talaud,” ujar Wahiu