BERITA ONLINE LOKAL, SANGIHE – Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kabupaten Kepulauan Sangihe kembali menelan korban jiwa. Dimana menurut Reonald Tanod, Kasie Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Menular, Surveilans Imunisasi dan Penanggulangan Wabah Penyakit/Bencana Dinas Kesehatan Daerah Kepulauan Sangihe, bahwa diawal tahun 2022 pihaknya mencatat ada 3 kasus DBD, dengan jumlah meninggal dunia 1 orang. Sedangkan pada tahun 2021 lalu, tercatat ada 9 warga terjangkit DBD dengan jumlah meninggal dunia 2 orang.
Dikatakan Tanod, kasus DBD yang menyebabkan salah satu warga di Kelurahan Tapuang meninggal, disebabkan kondisi yang dialami pasien sudah mencapai fase Dengue Shock Syndrome (DSS) atau fase yang lebih berat.
“Untuk kasus demam berdarah dengue (DBD) ada 1 kasus di Kelurahan Tapuang, Kecamatan Tahuna timur. Pasien sudah masuk ke fase Dengue Shock Syndrome (DSS) atau fase yang sudah lebih berat. Pasien sempat menjalani perawatan di Rumah Sakit Liun Kendage,” jelas dia, ketika dikonfirmasi, Rabu (26/1/2022).
Menurutnya, sejak bulan November 2021 lalu, sudah ketiga kalinya pihak Dinas Kesehatan Sangihe melaksanakan fogging di Kelurahan Tapuang. Fogging ini dilakukan menyusul adanya kasus DBD di wilayah tersebut.
“Untuk kelurahan Tapuang sejak awal bulan November 2021 sudah ketiga kalinya kami lakukan fogging, pertama kali di awal bulan November 2021. Kita lakukan fogging karena adanya kasus DBD, tapi sifatnya hanya fogging focus atau hanya radius dua ratus meter dari titik kasus,” ungkap Tanod.
Lanjut dia menekankan, bahwa fogging merupakan alternatif terakhir dalam penanganan DBD. Lanjut dia lagi, penerapan metode 3M plus yaitu Menguras, Menutup dan Mengubur serta plusnya seperti tidur menggunakan kelambu dan menyalakan obat anti nyamuk merupakan metode paling efektif dalam menangani DBD.
“Jadi kenapa fogging dilakukan dua siklus..?? Kalau misalnya siklus yang pertama kita fogging dia hanya membunuh nyamuk dewasa yang sudah ada. Nah, siklus kedua mengantisipasi jentik nyamuk yang sudah bertumbuh sembilan hari kemudian menjadi nyamuk dewasa, sehingga harus di lakukan fogging kembali. Sebenarnya dalam penanganan DBD, penerapan 3M plus merupakan metode paling efektif,” sebut dia.
Sedangkan untuk pelaksanaan fogging dikemukakannya, persyaratannya harus ada kasus, serta harus melalui beberapa tahapan.
“Setelah diketahui adanya kasus, pihak kami akan melakukan penyelidikan epidemiologi atau PE. Dan salah satu hal yang kita lihat dari PE itu yaitu penyebab, sumber serta cara penularan, bahkan faktor-faktor yang membuat timbulnya kasus,” tutup dia.